Thursday, 27 November 2014

Sistem Perencanaan Pendidikan

Urgensi Perencanaan dalam Pengadaan Media Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
  1. A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Demikian bunyi pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional ini dibentuk sebagai tanggung jawab pemerintah dalam mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan bagi masyarakatnya, dalam rangka implementasi UUD 1945 Pasal 31.
Lahirnya undang-undang sistem pendidikan nasional tak lepas dari gerakan reformasi di Indonesia. Reformasi secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam bidang pendidikan, prinsip-prinsip tersebut memberikan dampak yang mendasar pada kandungan, proses, dan manajemen pendidikan. Di samping itu, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan.
Sistem pendidikan merupakan salah satu dari aspek kehidupan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembaharuan kurikulum, penyusunan standar kompetensi lulusan, standar kualifikasi pendidik, standar pendanaan pendidikan, manajemen berbasis sekolah, otonomi perguruan tinggi, dan sebagainya merupakan unsur-unsur sistem pendidikan yang perlu diadakan pembaharuan. Pembaharuan pendidikan nasional juga dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan nasional pendidikan.
Menurut Hamalik (2005: 1), ”Sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.” Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional terdiri dari beberapa komponen atau unsur-unsur 1) masukan, yang berupa calon peserta didik; 2) masukan instrumental, yaitu sumber-sumber daya pendidikan; 3) masukan lingkungan, meliputi aspek kehidupan bangsa; 4) proses, yang merupakan kegiatan mengubah masukan menjadi; 5) keluaran. Dalam sistem pendidikan nasional, unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. (Soenarya, 2000: 90)
Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, merupakan salah satu unsur atau subsistem dari sistem pendidikan nasional. Meskipun sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional, namun proses pembalajaran itu sendiri bisa juga dipandang sebagai sebuah sistem. Ada beberapa unsur yang saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Unsur-unsur tersebut antara lain, guru, siswa, pengelolaan kelas, metode pengajaran, media pendidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, dan sebagainya. Interaksi yang terjadi antara unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran adalah motivasi belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan pembelajaran, dan yang memberikan arah pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. (Sardiman, 2008: 75). Penggunaan media dalam proses pembelajaran, variasi metode pengajaran, pengelolaan kelas yang efektif, merupakan hal-hal yang bisa dilakukan guru untuk memotivasi siswanya.
Dalam upaya membangkitkan motivasi belajar, media pembelajaran mempunyai peranan yang besar. Penggunaan media pembelajaran dalam penyajian materi ajar oleh guru, dapat merangsang dan menumbuhkan rasa ingin tahu, rasa ingin memahami dan berhasil yang ada dalam diri siswa. Penggunaan media pembelajaran yang efektif dan bervariasi akan menimbulkan kegairahan belajar siswa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya. Hal-hal inilah yang akan menimbulkan motivasi belajar siswa. (Soeharto, 2003: 114)
  1. B. Identifikasi Masalah
Menurut Gerlach & Ely (2006: 3), ”Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.” Gerlach & Ely cenderung memberikan pengertian lebih khusus tentang media dalam proses belajar mengajar sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Seringkali kita menemui kendala dan hambatan dalam implementasi penggunaan media pendidikan. Setidaknya ada enam masalah yang sering ditemui di lapangan.
  1. Ketiadaan media pendidikan di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi.
  2. Jumlah media pendidikan yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan.
  3. Ketidakcocokan media pendidikan yang tersedia di sekolah-sekolah dengan kebutuhan materi pembelajaran.
  4. Kurangnya kompetensi tenaga kependidikan dalam penggunaan media pendidikan.
  5. Kurangnya kesadaran tenaga kependidikan untuk menggunakan media dalam proses pembelajaran
  6. Kurangnya dukungan dan motivasi pimpinan kepada tenaga kependidikan untuk mau menggunakan media pendidikan.
Masalah-masalah yang ada di atas, seringkali luput dari perhatian kita semua. Hal ini mungkin disebabkan karena paradigma berpikir kita yang selama ini lebih mementingkan hasil, yaitu mengejar tingkat kelulusan yang tinggi dalam Ujian Nasional. Kita sering menilai mutu pendidikan dengan tingginya angka kelulusan siswa. Padahal, jika kita berpikir dalam kerangka sistem pendidikan nasional, sekecil apapun unsur yang ada dalam sistem tersebut harus diperhatikan. Adanya masalah yang ditemui suatu unsur dalam sistem, akan berpengaruh terhadap jalannya sistem pendidikan nasional.
Sehubungan dengan permasalahan di atas, penulis berasumsi timbulnya permasalahan dalam penggunaan media pendidikan, disebabkan karena perencanaan pendidikan dalam pengadaan media pendidikan tidak berjalan maksimal. Seringkali media pendidikan yang diadakan, tidak sesuai dengan kebutuhan. Atau, pengadaan media pendidikan tidak diiringi dengan perencanaan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan bagi tenaga kependidikan dalam hal penggunaan media pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, dalam makalah ini penulis tertarik untuk melihat bagaimana urgensi perencanaan pendidikan dalam hal pengadaan media pendidikan, ditinjau dari sistem pendidikan nasional.
  1. C. Tujuan
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai pendidikan sebagai suatu sistem, konsep dasar perencanaan pendidikan, konsep dasar media pendidikan, serta urgensi perencanaan pendidikan dalam pengadaan media pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
  1. A. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Menurut Hamalik (2005:1), ”Sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.” Defenisi yang hampir sama dikemukakan oleh Sutikno dalam Fathurrohman (2007: 23), yang mendefenisikan sistem sebagai totalitas struktur yang terdiri dari unsur-unsur, di mana masing-masing unsur tersebut mempunyai fungsi khusus, dan di antara mereka saling berinteraksi dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Hicks (1972) dalam Soenarya (2000: 12), menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat unsur-unsur yang saling berkaitan, saling bergantungan, dan saling berinteraksi atau suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu dengan yang lainnya, dalam usaha untuk mencapai satu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks. Sedangkan Kast dan Rosenzweig (1974) dalam Soenarya (2000: 12), mendefenisikan sistem sebagai suatu tatanan yang menyeluruh dan terpadu terdiri atas dua bagian atau lebih yang saling tergantung dan ditandai oleh batas-batas yang tegas dari lingkungan suprasistemnya.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat kita lihat bahwa setidaknya ada lima hal yang menjadi ciri-ciri suatu sistem. 1) sistem merupakan himpunan bagian-bagian, 2) bagian-bagian itu saling berkaitan, 3) masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama, 4) ditujukan untuk mencapai tujuan bersama, 5) terjadi dalam lingkungan yang kompleks. (Fathurrohman, 2007)
Pendidikan sebagai suatu sistem, berarti pendidikan memiliki komponen-komponen. Komponen pendidikan terdiri dari:
  1. Masukan (input). Yang menjadi masukan dalam sistem pendidikan adalah calon peserta didik.
  2. Masukan Instrumental (instrumental input). Masukan intrumental dari sistem pendidikan terdiri atas tujuan pendidikan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, ideologi, serta pengelolaan, penilaian, pengawasan, dan peran serta masyarakat.
  3. Masukan Lingkungan (enviromental input). Masukan lingkungan sistem pendidikan terdiri dari geografi, demografi/lingkungan fisik, agama, fasilitas dan budaya, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan.
  4. Proses (process) Proses dalam sistem pendidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang menjadi input dunia pendidikan, sampai siswa tersebut tamat dari suatu tingkat pendidikan.
  5. Keluaran (output) Keluaran dari sistem pendidikan adalah siswa yang telah memperoleh proses pembelajaran dalam masa waktu tertentu dan telah dinyatakan lulus dan berhak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau terjun ke dunia kerja.
Kelima bagian atau komponen pendidikan di atas, saling berkaitan dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Proses pembelajaran baru akan terjadi jika ada calon siswa yang akan menjadi objek dari proses pembelajaran. Tanpa kehadiran tenaga kependidikan, kurikulum, sarana dan prasarana, dan komponen instrumental input lainnya, proses pembelajaran belum bisa terlaksana, meskipun telah ada calon siswa sebagai input sistem pendidikan.
Pengaruh dan peran serta dari enviromental input, tidak bisa kita abaikan. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, akan mempengaruhi proses pembelajaran. Pengaruhnya bisa berupa perubahan kurikulum, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan media pendidikan, dan sebagainya. Faktor ekonomi keluarga calon siswa, akan berpengaruh terhadap kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Demikian pula halnya dengan situasi sosial masyarakat yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap implementasi dari sebuah kurikulum. Intinya, segenap aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, akan ikut mempengaruhi sistem pendidikan.
Pelaksanaan proses pendidikan itu sendiri, juga akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan dari sistem pendidikan. Pengelolaan kelas yang efektif oleh tenaga kependidikan, penggunaan media pendidikan yang tepat dan variatif, serta kemampuan tenaga kependidikan untuk memvariasikan metode pengajaran, merupakan tiga hal penting dalam proses pembelajaran. Ketiga hal ini memegang peranan penting dalam menjaga dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan terjaganya motivasi belajar siswa, diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Keluaran dari suatu tingkat pendidikan merupakan input bagi tingkat pendidikan yang lain, atau merupakan aset tenaga kerja bagi dunia kerja. Untuk itu, keberhasilan suatu sistem pendidikan sering dinilai dari bagaimana kualitas keluaran dari sistem pendidikan tersebut. Keluaran yang berkualitas, merupakan masukan yang baik bagi sistem pendidikan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keluaran yang berkualitas juga merupakan tenaga kerja yang sangat dibutuhkan oleh dunia kerja sekarang ini. Keluaran berkualitas ini sangat ditentukan oleh empat komponen sistem pendidikan lainnya.
B. Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan
1.   Pengertian Perencanaan
Pada dasarnya perencanaan pendidikan adalah proses perencanaan yang dilakukan dalam bidang pendidikan. Sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting, perencanaan merupakan pondasi utama bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya. Hampir semua ahli manajemen memasukkan perencanaan ke dalam fungsi-fungsi manajemen yang mereka kemukakan.
Menurut Handoko (1998: 77), ”perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.” Perencanaan yang baik menurutnya, dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang pada saat perencanaan itu akan dilaksanakan, serta waktu perencanaan itu dibuat.
Perencanaan bisa juga diartikan sebagai suatu proses penetapan tujuan dan penentuan cara-cara yang efisien untuk mencapai tujuan itu dengan efektif, serta perumusan kriteria keberhasilannya. (Aziz, 2010). Dari pengertian tersebut, ada tiga hal yang harus ada dalam sebuah perencanaan, 1) penetapan tujuan, 2) penentuan usaha-usaha untuk mencapai tujuan, dan 3) kriteria keberhasilan.
Jika dikaitkan pengertian perencanaan secara umum dengan dunia pendidikan, maka bisa disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu proses untuk menetapkan tujuan, menyediakan fasilitas serta lingkungan tertentu, mengidentifikasikan prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta menetapkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memiliki kompetensi sosial dan individu secara maksimal. (Rifma, 2000)
2.   Proses Perencanaan
Proses perencanaan adalah suatu cara pandang yang logis mengenai apa yang ingin dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan bagaimana cara mengetahui apa yang dilakukan. Proses perencanaan ini diharapkan dapat membatu dalam mengambil keputusan, meskipun tidak menjanjikan atau memberi nilai-nilai tujuan, program atau arah apapun. (Soenarya, 2000)
Setidaknya ada empat kegiatan utama yang dilakukan dalam proses perencanaan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah, 1) memformulasikan tujuan, 2) merumuskan strategi, kebijaksanaan, dan perincian rencana untuk mencapai tujuan, 3) membentuk organisasi untuk melaksanakan keputusan, dan 4) membahas hasil dan umpan balik untuk dijadikan bahan penyusunan rencana berikutnya. (Soenarya, 2000)
3.   Pendekatan dalam Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan sebagai salah satu fungsi manajemen pendidikan, menggunakan empat macam pendekatan. (Aziz, 2010)
a.   Sosial Demand Approach.
Pendekatan perencanaan pendidikan ini lebih berorientasi kepada kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan itu sendiri dan sebagai pengguna lulusan lembaga pendidikan. Menurut Enoch (1986) dalam Soenarya (2000), permintaan masyarakat yang berupa kebutuhan dan tuntutan ini setidaknya digunakan dalam tiga bentuk, 1) bila sasaran rencana pendidikan ditekankan pada faktor kependudukan, 2) bila sasaran rencana pendidikan didasarkan pada tujuan nasional suatu bangsa yang sesuai dengan aspirasi sosial dan kemauan politik pemerintah, dan 3) bila proyeksi rencana didasarkan pada analisis kebutuhan individu terhadap pendidikan.
Dalam pendekatan ini, kebutuhan dan keinginan masyarakat menjadi dasar bagi pengelola pendidikan dalam penyusunan rencana di bidang pendidikan. Penekanan kepada aspek pemerataan kesempatan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam menggunakan jasa pendidikan dan pendayagunaan lulusan dalam dunia kerja merupakan ciri utama dari pendekatan ini.
b.   Man Power Approach
Pendekatan ini lebih menekankan kepada bagaimana menghasilkan lulusan yang mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja akan tenaga kerja. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas dari lulusan. Oleh sebab itu, perencanaan pendidikan lebih diarahkan kepada peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.
Menurut Davis (1980) dalam Soenarya (2000), setidaknya ada tiga pertimbangan pokok dalam pendekatan kebutuhan tenaga kerja, 1) prakiraan mengenai kemungkinan pertumbuhan pendapatan nasional, 2)  asumsi mengenai hubungan antara pertumbuhan berbagai sektor ekonomi dengan jumlah tenaga kerja, dan 3) tingkat maksimum produktivitas tenaga kerja. Sehubungan dengan tiga pertimbangan pokok tersebut, maka perencanaan pendidikan dimulai dari membuat prakiraan kuantitas, kualitas, dan kualifikasi kebutuhan tenaga kerja untuk berbagai sektor ekonomi.
c.   Rate of Return Approach
Pendekatan rate of return dalam perencanaan pendidikan didasarkan pada model ekonomi. Pendekatan ini lebih berorientasi kepada keuntungan. Ini terlihat jelas dengan adanya kemungkinan untuk memperbandingkan secara ekonomis antara investasi yang diberikan pada sistem pendidikan dengan investasi yang diberikan kepada sektor-sektor ekonomi lainnya.
Barrios dan Davis (1980) dalam Soenarya (2000) mengemukakan bahwa kesulitan utama dalam penggunaan pendekatan ini, yaitu tingkat maksimal keuntungan sosial yang diperoleh dari pendidikan di universitas atau jenis pendidikan lainnya tidaklah selalu sama di saat ini dan masa yang akan datang. Salah satu kelemahan pendekatan ini adalah hanya mampu melihat keberhasilan pendidikan itu dari keuntungan atau balikan finansial dari sistem pendidikan.
d.   Systems Approach
Pendidikan sebagai suatu sistem, terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Interaksi tersebut terjadi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen pendidikan secara umum terbagi atas input, proses dan output. Perencanaan pendidikan dengan pendekatan sistem terpadu, melihat pendidikan sebagai suatu sistem. Pendekatan ini lebih berorientasi kepada keseimbangan aspek input, proses, maupun output dari dunia pendidikan.
Pendekatan sistem dalam perencanaan pendidikan memadukan tiga pendekatan yang sebelumnya. Jika pendekatan-pendekatan sebelumnya bersifat parsial dan cenderung mengabaikan hal-hal yang bukan merupakan fokusnya, maka pendekatan sistem terpadu ini lebih bersifat sistemik yang memandang pendidikan itu sebagai suatu sistem. Dan perencanaan pendidikan lebih diarahkan kepada keseimbangan di antara komponen-komponen yang ada pada sistem tersebut.
Kelebihan lain dari pendekatan ini adalah adanya nuansa ”job & service satisfaction” dan “quality product” . Kedua hal tersebut menjadi perhatian dalam pendekatan sistem terpadu ini. Adanya kedua hal tersebut pada gilirannya nanti mampu meningkatkan kualitas proses dan output pendidikan.
4.   Urgensi Perencanaan dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi, perencanaan mutlak diperlukan. Adanya perencanaan memungkinkan organisasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan. Adapun urgensi perencanaan dalam organisasi adalah, 1) memberikan arah pada pelaksanaan organisasi, 2) mengurangi dampak negatif perubahan, 3) meminimalkan pemborosan dan tumpang tindih kegiatan, 4) menentukan standar keberhasilan, dan 5) memudahkan kontrol dengan adanya ”Standar Operational Procedure”.
C.  Konsep dasar Media Pendidikan
1.   Pengertian Media Pendidikan
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun sebuah kondisi, yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Sedangkan secara khusus media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. (Arsyad, 2006)
Menurut Danim, (2008: 7), ”Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.” Sedangkan Soeharto (2003) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siwa.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, yang mampu menarik perhatian siswa sehingga termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran.
  1. Fungsi Media Pendidikan
Salah satu fungsi utama dari penggunaan media pendidikan dalam proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun fungsi  media  pendidikan  dalam  proses  pembelajaran  adalah: 1) menarik perhatian siswa, 2) membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, 3) memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, 4) mengatasi keterbatasan ruang, 5) pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, 6) waktu pembelajaran bisa dikondisikan, 7) menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, 8) meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, 9) melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, 10) meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. (Fathurrohman: 2007)
  1. Macam-macam Media Pendidikan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, berpengaruh terhadap perkembangan media pendidikan. Cukup banyak jenis dan bentuk media pendidikan yang bisa digunakan dalam proses pemebalajaran. Mulai dari yang sederhana, hingga yang berteknologi tinggi yang memerlukan kompetensi khusus dalam penggunaannya.
Menurut jenisnya, media terbagi atas: 1) auditif, media yang mengandalkan kemampuan suara saja seperti radio, casette recorder, piringan hitam; 2) visual, media yang hanya mengandalkan indera penglihatan, seperti gambar, atau simbol yang bergerak, foto, lukisan; 3) audio visual, media yang mempunyai unsur suara dan gambar. (Fathurrohman: 2007)
Dilihat dari daya liputnya, media dibagi menjadi, 1) media dengan daya liput luas dan serentak, penggunaan media ini tidak terbatas ruang dan tempat serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang bayak dalam waktu yang sama; 2) media dengan daya liput yang terbatas ruang dan waktu, dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat khusus seperti film, slide, yang memerlukan ruang tertutup dan gelap. (Fathurrohman: 2007)
Sedangkan jika dilihat dari bahan pembuatannya media dibagi atas, 1) media sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dengan harga murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit; 2) media kompleks, yaitu media dengan bahan yang sulit didapat, alat tidak mudah dibuat, dan harga relatif mahal. (Fathurrohman: 2007)
4.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Media Pendidikan
Begitu banyaknya jenis dan bentuk media pendidikan yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, memungkinkan guru untuk memvariasikan media pendidikan yang akan digunakan. Meskipun demikian, dalam pemilihan media, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, 1) objektivitas, media yang dipilih bukan atas kesenangan atau kebutuhan guru, melainkan keperluan sistem belajar; 2) program pengajaran, media yang digunakan harus sesuai dengan program pengajaran yang bersumber dari kurikulum; 3) sasaran program, media yang akan digunakan harus dilihat kesesuaiannya dengan perkembangan peserta didik, baik dari segi bahasa, simbol, cara dan kesepatan penyajian maupun waktu penggunaannya; 4) situasi dan kondisi, yaitu situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan; 5) kualitas teknik, seandainya ada rekaman suara atau gambar dan alat-alat lain yang perlu penyempurnaan sebelum digunakan. (Fathurrohman: 2007)
D.  Urgensi Perencanaan Pendidikan dalam Pengadaan Media Pendidikan
Sebagaimana yang telah disinggung dalam bab pendahuluan, salah satu masalah pendidikan yang terjadi adalah media pendidikan. Permasalahan itu terlihat jelas dari beberapa aspek seperti, ketiadaan media pendidikan, kurangnya kuantitas media pendidikan, ketidakcocokan media pendidikan yang ada dengan kebutuhan, rendahnya kompetensi guru sebagai pengguna media, rendahnya kesadaran guru untuk menggunakan media yang diperparah dengan kurangnya perhatian dan motivasi kepala sekolah terhadap guru sehubungan dengan penggunaan media pendidikan.
Empat aspek pertama yang dikemukakan di atas, terjadi bisa saja karena perencanaan yang tidak mantap dari pengelola pendidikan. Sedangkan dua aspek terakhir terjadi karena lemahnya kesadaran dari tenaga kependidikan termasuk kepala sekolah akan pentingnya penggunaan media dalam proses pembelajaran.
Keberadaan media pendidikan dalam proses pembelajaran, memang perlu direncanakan sebelumnya. Dimulai dengan analisis kebutuhan kepada guru-guru tentang apa yang mereka butuhkan dalam proses pembelajaran terkait dengan media yang mereka gunakan. Dari hasil analisis kebutuhan tersebut akan diketahui jenis dan bentuk media pendidikan apa yang diperlukan guru, dan berapa jumlah yang dibutuhkan. Hal ini kemudian akan ditindaklanjuti dengan merumuskannya ke dalam program kerja sekolah.
Urgensi perencanaan pendidikan dalam proses pengadaan media pendidikan, setidaknya dapat dilihat dari hal-hal berikut:
  1. Perencanaan pendidikan akan memberikan arah bagi pengelola pendidikan dalam hal pengadaan media pendidikan. Pengelola pendidikan akan mampu memperkirakan kebutuhan-kebutuhan guru terkait dengan media pendidikan.
  2. Meminimalkan pemborosan dan tumpang tindih kegiatan. Pemborosan akan terjadi jika media pendidikan yang telah dibeli dengan harga mahal, namun tidak pernah digunakan dalam proses pembelajaran. Ini bisa saja disebabkan karena media tersebut tidak cocok digunakan untuk materi pembelajaran. Hal ini dapat dijadikan pelajaran agar dalam pembelian media pendidikan selanjutnya, perlu dilakukan analisis kebutuhan. Sehingga media yang akan dibeli, betul-betul terpakai nantinya. Jika media tersebut tidak terpakai karena kurangnya kompetensi guru dalam menggunakan media tersebut, maka pengelola pendidikan perlu merencanakan program pelatihan bagi guru dalam penggunaan media pendidikan tersebut.
  3. Perencanaan pendidikan bisa menentukan standar keberhasilan. Dalam hal ini, pengelola pendidikan bisa menjadikan perencanaan untuk melihat efektifitas penggunaan media dalam proses pembelajaran. Pengelola bisa mengevaluasi apakah media pendidikan yang telah dibeli, mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
  1. A. Kesimpulan
Dari penjelasan bab-bab terdahulu dapat diambil kesimpulan,
  1. Pendidikan sebagai suatu sistem, memiliki komponen-komponen, 1) masukan (input), yaitu calon peserta didik; 2) masukan instrumental (instrumental input), terdiri dari tujuan pendidikan, kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, ideologi, serta pengelolaan, penilaian, pengawasan, dan peran serta masyarakat; 3) masukan lingkungan (enviromental input), terdiri dari geografi, demografi/lingkungan fisik, agama, fasilitas dan budaya, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan;  4) proses (process), yaitu kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang menjadi input dunia pendidikan, sampai siswa tersebut tamat dari suatu tingkat pendidikan; 5) keluaran (output) adalah siswa yang telah memperoleh proses pembelajaran dalam masa waktu tertentu dan telah dinyatakan lulus dan berhak untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau terjun ke dunia kerja.
  2. Setiap komponen sistem pendidikan itu, akan saling berhubungan dan berinteraksi satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
  3. Perencanaan pendidikan adalah suatu proses untuk menetapkan tujuan, menyediakan fasilitas serta lingkungan tertentu, mengidentifikasikan prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta menetapkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk manusia agar memiliki kompetensi sosial dan individu secara maksimal.
3.  Media pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, yang mampu menarik perhatian siswa sehingga termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran.
4.   Urgensi perencanaan pendidikan dalam proses pengadaan media pendidikan, setidaknya dapat dilihat dari hal-hal berikut:Pertama,  perencanaan pendidikan akan memberikan arah bagi pengelola pendidikan dalam hal pengadaan media pendidikan. Pengelola pendidikan akan mampu memperkirakan kebutuhan-kebutuhan guru terkait dengan media pendidikan, Kedua, meminimalkan pemborosan dan tumpang tindih kegiatan. Pemborosan akan terjadi jika media pendidikan yang telah dibeli dengan harga mahal, namun tidak pernah digunakan dalam proses pembelajaran. Ini bisa saja disebabkan karena media tersebut tidak cocok digunakan untuk materi pembelajaran. Hal ini dapat dijadikan pelajaran agar dalam pembelian media pendidikan selanjutnya, perlu dilakukan analisis kebutuhan. Sehingga media yang akan dibeli, betul-betul terpakai nantinya. Jika media tersebut tidak terpakai karena kurangnya kompetensi guru dalam menggunakan media tersebut, maka pengelola pendidikan perlu merencanakan program pelatihan bagi guru dalam penggunaan media pendidikan tersebut. Ketiga, perencanaan pendidikan bisa menentukan standar keberhasilan. Dalam hal ini, pengelola pendidikan bisa menjadikan perencanaan untuk melihat efektifitas penggunaan media dalam proses pembelajaran. Pengelola bisa mengevaluasi apakah media pendidikan yang telah dibeli, mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.
  1. B. Saran
Peningkatan mutu pendidikan hendaknya dilakukan dalam paradigma sistem. Artinya, peningkatan mutu pendidikan akan berhasil dengan baik jika komponen-komponen dalam sistem pendidikan itu diperhatikan dan juga ditingkatkan mutunya. Sehubungan itu, masyarakat, pengelola pendidikan, pengambil kebijakan, dan pemerhati pendidikan hendaknya bersatu dalam usaha peningkatan mutu pendidikan.
..,
DAFTAR RUJUKAN
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Aziz, Nasrullah. 2010. Diktat matakuliah Perencanaan Pendidikan. Padang: Pascasarjana.
Danim, Sudarwan. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fathurrohman, Pupuh dan Sobri Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami.Bandung: Refika Aditama.
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Rifma, dkk. 2000. Bahan Ajar Matakuliah Perencanaan Pendidikan 1. Padang: Universitas Negeri Padang.
Sardiman. 2008. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soeharto, Karti. 2003. Teknologi Pembelajaran: Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media. Surabaya: Surabaya Intellectual Club.
Soenarya, Endang. 2000. Teori Perencanaan Pendidikan: Berdasarkan Pendekatan Sistem. Yogyakarta: Adicita.
Tirtarahardja, Umar dan La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Thursday, 30 October 2014

Organisasi Manajemen Umum


1 . Pengorganisasian  adalah  merupakan fungsi  kedua dalam  Manajemen dan  pengorganisasian didefinisikan  sebagai  proses  kegiatan  penyusunan s truktur  organisasi s esuai  dengan  tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Teori –Teori  Organisasi
1. TEORI ORGANISASI KLASIK :  Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas.
2. TEORI NEOKLASIK :  Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan “Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada “pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja”.
3. TEORI MODERN : berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang berkaitan dengan lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.
(http://vivitardyansah.blogspot.com/2010/12/pengertian-pengorganisasian.html)
2 . Struktur Organisasi  adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan
  1. 1.       Pembagian Kerja
Struktur Organisasi Proyek  Menyangkut pembentukan tim – tim, spesialis untuk mencapai tujuan khusus. Di sini manajer proyek mempunyai wewenang lini memimpin para anggota tim selama jangka waktu proyek , jika telah selesai maka tim dibubarkan dan masing – masing anggota kembali ke departemennya masing – masing. Kalau ada proyek baru maka mereka ditarik kembali.
Struktur Organisasi Matriks  Pada prinsipnya sama dengan sistem proyek, tapi disini para karyawan mempunyai dua atasan, yang tentunya berada di dua wewenang. Rantai perintah pertama yaitu fungsional, yang wewenangnya mengalir secara vertical. Kedua yaitu rantai perintah lateral atau horisontal, wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh manajer proyek, sehingga menyerupai matrik dalam lalu lintas aliran wewenang.
(http://vivitardyansah.blogspot.com/2010/12/pengertian-pengorganisasian.html)
BENTUK-BENTUK ORGANISASI

  1. 1.       ORGANISASI FUNGSIONAL
adalah  Suatu organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus.
  1. 2.       ORGANISASI FUNGSIONAL DAN GARIS 
adalah  Bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian dibawahnya yang mempunyai keahlian tertentu serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasinya tetap diserahkan kepada kepala bagian.
  1. 3.       ORGANISASI KOMITE 
adalah  Bentuk organisasi dimana tugas kepemimpinan dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang berupa komite atau dewan atau board dengan pluralistic manajement.
  1. 4.       ORGANISASI GARIS DAN STAFF
adalah  Suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara vertical. Manajer ditempatkan satu atau lebih pejabat staff yang tidak mempunyai wewenang memerintah tetapi hanya sebagai penasehat.
  1. 5.       ORGANISASI MATRIX
adalah Organisasi dimana penggunaan struktur organisasi menunjukan dimana para spesialis yang mempunyai keterampilan dimasing-masing bagian dari bagian perusahaan dikumpulkan lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek yang harus diselesaikan.
(http://vivitardyansah.blogspot.com/2010/12/pengertian-pengorganisasian.html)

3 .Departementasi
-  Departementasi Fungsional
Departemen Fungsional adalah pengelompokan fungsi yang sama atau kegiatan yang sejenis untuk membentuk satuan organisasi. Ini merupakan bentuk organisasi yang paling umum dan bentuk dasar departementasi.
Individu dikelompokkan berdasarkan ketrampilan, pengetahuan, dan tindakan yang dilakukan. Misalnya organisasi hanya terbagi dalam bagian administrasi, dan bagian operasi.
Pembentukan satuan satuan organisasi yang masing masing diserahi mengurus sekelompok aktivitas yang tergolong sejenis menurut sifatnya atau pelaksanaan pekerjaan pekerjaan yang berkaitan
-  Departementasi Devisional
Departementasi berdasarkan divisi melihat produk, layanan, dan klien sebagai faktor dasar pengelompokan. Pola ini digunakan untuk memudahkan usaha antisipasi ancaman atau oportuniti dari luar organisasi. Misalnya pada organisasi otomotif, organisasi terbagi atas divisi otomotif, divisi internasional, divisi keuangan.
Dengan membagi divisi-divisi atas dasar produk, wilayah, langganan, dan proses, dimana tiap divisi merancang, memproduksi dan memasarkan produknya sendiri.
(http://vivitardyansah.blogspot.com/2010/12/pengertian-pengorganisasian.html)


4.Organisasi proyek dan matrik
Merupakan bentuk departementasi campuran (hybrid design). Ini dilakukan dengan mengkombinasikan kebaikan – kebaikan dari system fungsional dan divisional dengan menghindarkan segala kelemahannya. Misalnya, organisasi selain dibagi menurut divisi, juga ditetapkan suatu organisasi baru semacam proyek akan ditugasi khusus dengan orang-orang yang berasal dari sejumlah divisi.
  1. 1.       Struktur Organisasi Proyek
Menyangkut pembentukan tim – tim, spesialis untuk mencapai tujuan khusus. Di sini manajer proyek mempunyai wewenang lini memimpin para anggota tim selama jangka waktu proyek , jika telah selesai maka tim dibubarkan dan masing – masing anggota kembali ke departemennya masing – masing. Kalau ada proyek baru maka mereka ditarik kembali.
  1. 2.       Struktur Organisasi Matriks 
Pada prinsipnya sama dengan sistem proyek, tapi disini para karyawan mempunyai dua atasan, yang tentunya berada di dua wewenang. Rantai perintah pertama yaitu fungsional, yang wewenangnya mengalir secara vertical. Kedua yaitu rantai perintah lateral atau horisontal, wewenangnya melintasi departemen yang dilaksanakan oleh manajer proyek, sehingga menyerupai matrik dalam lalu lintas aliran wewenang .
(http://re17dra.blogspot.com/2011/12/manajemen-umum-bab-vi.html)
5. Koordinasi
a.  Kebutuhan akan Koordinasi.
-  Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan kelompok (pooled interdependence)
Terjadi apabila organisasi tidak tergantung satu sama lain untuk melaksanakan suatu pekerjaan sehari-hari, tetapi tergantung pada prestasi yang memadai dari setiap unit demi tercapainya hasil ahir.
- Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan sekuensial (sequential interdependence)
Kebutuhan ini tercermin pada suatu unit organisasi yang harus melaksanakan kegiatan terlebih dahulu sebelum unit-unit selanjutnya dapat bertindak.
-  Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)
ketergantungan timbal balik melibatkan hubungan saling memberi dan menerima dan saling menguntungkan di antara unit-unit.
b. Masalah dalam Pencapaian Koordinasi yg efektif.
Masalah koordinasi banyak terjadi pada ketergantungan sekuansial dan ketergantungan timbal-balik. Ini di karenakan munculnya perbedaan dalam sikap dan gaya kerja berbagai individu dan bagian/unit di dalam organisasi.
Perbedaan-perbedaan yang efektifitas koordinasi adalah:
  1. 1.       Perbedaan dalam Orientasi Terhadap Tujuan Tertentu.
Terjadi apabila anggota berbeda dalam mengembangkan pandangan nya sendiri dalam mencari cara terbaik untuk meningkatkan kepentingan perusahaan.
  1.  Perbedaan dalam Orientasi Waktu.
Terjadi apabila salah satu unit yang lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus segera di tanggulangi, sedangkan unit yang lain lebih memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah yang memerlukan waktu lama.
  1. 3.       Perbedaan Orientasi Antar Pribadi.
Terjadi apabila produksi ingin meningkatkan produknya dengan meningkatnya permintaan pasar, sedangkan unit perbekalan ingin mengurangi jumlah bahan yang di perlukan karena menipisnya dan sulitnya mencari bahan baku.

  1. 4.       Perbedaan dalam Formulasi Struktur.
Terjadi apabila unit produksi dalam mengevaluasi kemajuan dengan mengukur imbalan kepada karyawan dengan tercapainya sasaran, sedangkan unit personalia dalam mengevaluasi kemajuan dengan mengukur kinerja yang di capai karyawan dengan kinerja yang di capai sebelumnya.
(http://re17dra.blogspot.com/2011/12/manajemen-umum-bab-vi.html)

c. Pendekatan dalam Pencapaian Koordinasi yang Efektif.
1. Pendekatan Potensi Koordinasi.
Pendekatan koordinasi ini meliputi sistem:
a. Sistem Informasi Vertical.
Adalah suatu sistem di mana informasi dapat di kirimkan ke atas dan kebawah jenjang organisasi. Misalnya penanganan IDT (inpres desa tertinggal) dari menteri dalam negeri sampai ke desa tertinggal dan sebaliknya.
b. Sistem Informasi Lateral.
Sistem ini mengabaikan rantai komando. Hubungan lateral (hubungan ke samping atau sejajar) ini memungkinkan adanya pertukaran informasi yang di butuhkan dapat di pertanggung jawabkan. Misalnya dalam kasus tanah perlu adanya informasi lateral atau badan pertanahan nasional, departemen dalam negeri, departemen kehutanan, dan departemen kehutanan.
c. Sistem Informasi Manajer Penghubung.
Manajer penghubung mempunyai wewenang formal atas semua unit yang terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu di laksanakan apabila di perkirakan koordinasi secara efektif tidak berhasil di laksanakan.
2. Pendekatan Struktur.
Pendekatan ini di lakukan apabila perusahaan merasakan adanya iklim yang tidak sehat pada unit-unit karena adanya penunpukan kegiatan pada satu unit. Pendekatan ini di kenal sebagai organisasi matrik. Yaitu mencirikan adanya satuan tugas atau proyek. Satuan tugas ini dapat di bubarkan apabila proyek telah selesai.
D. Memilih Mekanisme Koordinasi yang Cepat.
Memilih Mekanisme Koordinasi yang Cepat di lakukan dengan kemampuan organisasi dalam mengolah informasi. Apabila kebutuhan akan koordinasi lebih besar, organisasi harus menetapkan pilihan. Apakah organisasi akan meningkatkan potensi organisasi ataukah organisasi akan mengurangi kebutuhan koordinasi. Missal: menyediakan sumber daya tambahan atau membentuk unit-unit yang mandiri.
(http://re17dra.blogspot.com/2011/12/manajemen-umum-bab-vi.html)
d. Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar
Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-komponen vital dalam manajemen yang secara ringkas dapat di uraikan sebagai berikut:
1.Hierarki manajerial. Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal,    hubungan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi    bila di rumuskan secara jelas dan tepat serta dilaksanakan dengan pengarahan yang    tepat.
2.Aturan dan prosedur. Aturan-aturan dan prosedur –prosedur adala keputusan-keputusan    manajerial yang di buat untuk menanggani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga    menjadi peralatan yang efisisen untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3.Rencana dan penetapan tujuan. Pengembangan rencana dan tujuan dapat di gunakan    untuk pengkoordinasian melaui pengarahan seluruh satuan organisasi terhadap sasaran-   sasaran yang sama.
(http://misniawati.blogspot.com/2011/12/koordinasi-dalam-manajemen.html)
6. Pengurangan kebutuhan akan koordinasi
1. Pengurangan kebutuhan akan koordinasi
Bila mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar tidak mencukupi,koordinasi potensial dapat ditingkatkan dengan penggunaan metoda-metoda di atas.Tetapi kebutuhan akan koordinasi yang sangat besar dapat menybabkan kelebihan beban bahkan memperluas mekanisme-mekanisme pengkoordiansian. Langkahyang paling konstruktif yang dapat diambil dalam menghadapi kasus ini adalahmengurangi kebutuhan akan koordinasi. Ada dua metoda pengurangan kebutuhan koordinasi, yaitu:
1.Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagisatuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugasdiperringan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
2.Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri diserahi suatutanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).
Penentuan Mekanisme Koordinasi yang TepatPertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengankebutuhan koordinasi. Berapa banyak informasi yang dibutuhkan organiasi untuk melaksanakan operasi-operasinya? Berapa besar kemampuan pemrosesaninformasi?
Bila kebutuhan lebih besar dari kemampuan, organisasi harusmenentukan pilihan : meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangikebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relatif terhadap kebutuhan ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan

memelihara mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokkan kemampuan pemrosesan informasi dengan kebutuhan akanmenyebabkan penurunan prestasi .
(http://www.scribd.com/doc/90305315/Makalah-presentasi-kelompok-9)

Manajemen Umum / SAP

Satuan Acara Perkuliahan Manajemen Umum

Mg.
Ke:
Pokok Bahasan
Dan TIU

Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

Cara Pengajaran
Media
Tugas
Ref.
I

&

II
Gambaran Umum Manajemen:
1.    Mahasiswa memahami pemngertian manajemen, peran mana-jer serta ke-mampuan yang ditun-tut seorang manajer
2.    Mahasiswa memahami tentang evo-lusi teori Manajemen
3.    Mahasiswa memahami pengaruh lingkungan terhadap kehidupan organisasi  dalam ma-najemen
1.    Pengertian Manajemen
-       Difinisi Manajemen
-       Manajemen sebagai ilmu dan seni.
2.    Manajemen dan Manajer
-       Tingkatan Manajemen
-       Fungsi-fungsi Manajemen
-       Ketrampilan-ketrampilan Manajerial
3.    Evolusi Teori Manajemen
-       Teori Manajeman Klasik
-       Teori Perilaku
-       Teori Kuantitatif (Riset Operasi dan Ilmu Manajemen)
-       Evolusi Teori Manajemen
4.    Manajemen dan Lingkungan Eksternal
-       Definisi Lingkungan
-       Faktor-faktor Lingkungan Eksternal Mikro dan Makro
-       Tanggung jawab sosial manajer
Kuliah Mimbar
Papan Tulis, OHP
Tugas Perorangan menjawab pertanyaan Apa yang saudara ketahui tentang
Pengertian manajemen,Tingkatan Manajemen, Teori Evolusi dan lingkungan manajemen
Ref. 1 Bab 1,2 & 3, Hal 2-45

Ref. 2 Bab 1,2,3 & 4, hal 3-72
III

&

IV

PERENCANAAN

Mengenalkan kepada maha-siswa bahwa proses perenca-naan itu pada hakikatnya me-rupakan proses penentuan tuju-an, penerjemah-an kedalam strategi, kebi-jaksanaan dan program organi-sasi.
1.    Proses Perencanaan
-       Pengertian Perencanaan
-       Empat tahap dasar peren-canaan
-       Rencana Operasional
-       Rencana Strategik
-       Faktor waktu dan Perenca-naan

2.    Penetapan Tujuan
-       Misi dan Tujuan Organisasi
-       Fungsi tujuan
-       Managemen By Objective (MBO)
3.    Pebuatan Keputusan
-       Tipe-tipe keputusan
-       Proses pembuatan keputusan
-       Keterlibatan bawahan dalam pembuatan keputusan
Kuliah Mimbar
Diskusi
Papan Tulis, OHP
Tugas Kelompok
Membuat Perencanaan jangka Pendek untuk kasus yang berbeda tiap kelompok
Ref. 1 Bab 4, Hal 48-79

Ref.2
Bab 5, 6  & 7, Hal 75-162
V
PENGORGANI-SASIAN :
Agar mahasiswa, mengerti Pengorganisasian dan dapat membuat Struktur Organisasi sesuai dengan Departementalisasi yang ada.
1.    Pengorganisasian
-       Pengertian Pengorganisasian
-       Teori-teori Organisasi
2.    Struktur Organisasi
-       Pembagian kerja
-       Bentuk-bentuk organisasi
3.    Departementasi
-       Departementasi Fungsional
-       Departementasi Devisional
-       Organisasi proyek dan matrik
Kuliah Mimbar
Diskusi
Papan Tulis, OHP
Tugas Kelompok lanjutan Membuat  Bagan Struktur Organisasi  dengan dari perencanaan yang dibuat sebelumnya)
Ref.1
Bab 5, Hal 82-99

Ref.2
Bab 8, Hal 165-191
VI
KOORDINASI
Mahasiswa me-ngetahui pen-tingnya koor-dinasi berbagai kegiatan yang dilakukan  da-lam organisasi.
Koordinasi
-       Kebutuhan akan koordina-si
-       Masalah-masalah Penca-paian Koordinasi yang efektif
-       Pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif
-       Mekanisme-mekanisme pengkoordinasian dasar.
-       Meningkatkan koordinasi potensial
-       Pengurangan kebutuhan akan koordinasi
Kuliah Mimbar
Diskusi
Papan Tulis, OHP
Tugas Kelompok
Simulasi  dengan topik Koordinasi dan Delegasi wewenang (lihat dampak  perubahannya)
Ref.1
Bab 5, Hal 101-107

Ref.2, Bab 9, Hal 195-207
VII
Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi
Mahasiswa da-pat memahami pengaruh dan pentingnya We-wenang, pende-legasian wewe-nang dan dese-ntralisasi serta faktor yg mem-pengaruhinya.
-       Pengertian Wewenang, Kekuasaan dan Pengaruh
-       Struktur Lini dan Staf
-       Wewenang Lini, Staff dan Fungsional
-       Delegasi Wewenang
-       Sentralisasi Versus Desentralisasi

Kuliah Mimbar
Diskusi
Papan Tulis, OHP
Tugas Kelompok
Simulasi  dengan topik Koordinasi dan Delegasi wewenang (lihat dampak  perubahannya
Ref. 1 Bab 5, Hal 111-118

Ref. 2 Bab 10, Hal  211-229

VIII
Penyusunan Personalia
Memberikan pandangan yg luas kepada mahasiswa tentang proses manajemen personalia dalam suatu organisais.
-       Proses Penyusunan Personalia
-       Perencanaan Sumber Daya Manusia
-       Penarikan dan Seleksi Karyawan
-       Latihan dan Pengembangan Karyawan
-       Pemberian Kompensasi Kepada karyawan

Kuliah Mimbar
Papan Tulis, OHP
Tugas PeroranganLatihan
Buat Lamaran Pekerjaan yang sesuai dengan Speksipikasi yang ada dikoran,dll
Jelaskan proses yang terjadi
Bab 5, Hal 120-143

Bab 11, Hal 233-247

IX

Pengarahan & Pengembangan Organisasi :
Memberikan pengertian pada mahasiswa ten-tang pentingnya suatu penga-rahan dalam manajemen seperti Motivasi
Motivasi :
-       Pentingnya Motivasi
-       Pandangan Motivasi dalam organisasi
-       Teori-teori Motivasi
Teori-teori Isi
Teori-teori Proses
Kuliah Mimbar
Papan Tulis, OHP
Tugas Perorangan menjawab pertanyaan *. Pentinya  Motivasi
*. Teori-teori Motivasi
*. Pandangan motivasi dalam organisasi

Ref. 1 Bab 6, Hal 146-153

Bab 12, Hal 251-269

X

Pengarahan & Pengembangan Organisasi :
Memberikan pengertian pada mahasiswa ten-tang pentingnya suatu penga-rahan dalam manajemen seperti Komunikasi

Komunikasi :
-       Pengertian Komunikasi
-       Proses Komunikasi
-       Saluran Komunikasi dalam Organisasi
-       Peranan Komunikasi Informal
-       Hambatan-hambatan Komunikasi Efektif
-       Peningkatan Efektivitas Komunikasi

Kuliah Mimbar
Diskusi
Papan Tulis, OHP
Tugas Kelompok
Simulasi dengan kasus Bentuk Jarungan Komunikasi (lihat perbedaan yang terjadi)
Ref. 1 Bab 6, Hal 156-165

Ref. 2 Bab 13, Hal 271-290


UJIAN TENGAH SEMESTER




XI

Pengarahan & Pengembangan Organisasi
Memberikan pengertian pada mahasiswa ten-tang pentingnya suatu penga-rahan dalam manajemen seperti Kepemimpinan

Kepemimpinan :
-       Pengertian Kepemimpinan
-       Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan
-       Pendekatan sifat-sifat Kepemimpinan
-       Pendekatan Perilaku Kepemimpinan
-       Teori X dan Teori Y dari Mc Gregor
Kuliah Mimbar
Papan Tulis, OHP
Tugas Perorangan Menjawab Pertanyaan-pertanyaan
Apa yang Saudara ketahui tentang Pengertian Kepemimpinan, Pendekatan studi kepemimpinan dan Teori X dan Teori Y
Ref. 1 Bab 6, Hal 165-175

Ref. 2 Bab 14, Hal 293-315

XII

Pengarahan & Pengembangan Organisasi
Memberikan pengertian pada mahasiswa ten-tang pentingnya suatu Perubahan dan Pengembangan Organisasi

1.    Perubahan dan Pengembangan Organisasi :
-       Kekuatan-kekuatan Penyebab Perubahan
-       Cara-cara penanganan perubahan
-       Penolakan terhadap perubahan
-       Proses Pengelolaan Perubahan
-       Berbagai pendekatan perubahan organisasi
-       Konsep pengembangan Organisasi
2. Manajemen Konflik
Kuliah Mimbar
Diskusi
Papan Tulis, OHP
Tugas Kelompok
Diskusikan tentang Konplik yang terjadi pada saat ini pada perusahaan yang bermasalah dan bagaimana pemecahannya
Ref. 1 Bab 6 Hal 176-208

Ref 2 Bab 15 & 16,
hal 317-355

XIII

PENGAWASAN

Memberikan pada mahasis-wa mengenai pengertian, ty-pe, proses, dan pentingnya pe-ngawasan da-lam suatu orga-nisasi demi suk-sesnya suatu manajemen.
Dasar-dasar Proses Pengawasan:
-       Pengertian Pengawasan
-       Tipe-tipe Pengawasan
-       Tahap-tahap Proses Pengawasan
-       Pentingnya Pengawasan
-       Perancangan Proses Pengawasan
-       Bidang-bidang Pengawas-an Strategik
-       Alat Bantu Pengawasan Manajerial
-       Management By Exception (MBE)
-       Management Information System (MIS)
-       Karakteristik-karakteristik Pengawasan yang efektif.



Kuliah Mimbar
Papan Tulis, OHP
Tugas peroranganmenjawab pertanyaan Apa yang saudara ketahui tentang Pengawasan, tipe-tipe, pentinganya pengawasan
Ref. 1 Bab 7, hal 210-226

Ref. 2 Bab 17, Hal 357-373

XIV

EVALUASI

Menyiapkan mahasiswa dalam mengha-dapi ujian akhir semester.
Materi dari Minggu I s/d Minggu XIII, Diskusi

Quiz
Membahas soal-soal
---------
-----------
UJIAN AKHIR SEMESTER
Referensi :
1.    Mohamand Abdul Mukhyi dan Iman hadi Saputro, Manajemen Umum, Seri Diktat Kuliah, Penerbit Gunadarma , Jakarta, 1991
2.    T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE UGM, Yogyakarta, 1990
3.    Stoner, James A., Manajemen, Erlangga, Jakarta 1992


CONTOH KASUS SIMULASI sederhana

1.  KOORDINASI, WEWENANG
    *. Buat 3 kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 orang mahasiswa
    *. Tiap kelompok mendapat tugas misalnya membuat rumah (sesuai keinginan dosen dan sediakan kertas dan gunting)
    *. Tiap anggota bertugas membuat bagian-bagian dari rumah ( atap, jendela, pintu dll)
    *. 1. ( satu) orang anggota bertugas mengamati jalannya pembuatan rumah yang nantinya berkewajiban menjelaskan
    *. Tiap-tiap anggota dalam kelompok tidak boleh saling bicara satu sama lainnya
    *. Amati kejadian yang terjadi apabila tidak ada koordinasi dan delegasi wewenang

2.  KOMUNIKASI
*. Buat 5 kelompok dari beberapa mahasiswa (sesuai dengan personil jaringan komunikasi)
*. Peragakan tiap-tiap kelompok dengan bentuk jaringan komunikasi yang berbeda dengan informasi
    Misalnya : “ Nana kakaknya Nani teman kuliahnya Nina sakit dirumahnya Tina “
*. Lihat perbedaan informasi yang diterima tiap komunikan  dan  jelaskan tiap perbedaan